Monday, January 18, 2010

Comic Making (Part 2)

Comic Making (Part 2) - 
by michael.gumelar©gmail.com,  2002-now

Artikel ini punya hak cipta dan saya persembahkan sebagai bagian dari Pengabdian pada Masyarakat, Bangsa & Negara kita tercinta, jadi dilarang mencuri artikel ini!.


Abstrak:
“Komik” comes from the word “comic” that  means “funny” or komikos from komos “revel”  in Greeks, which were originated  around the 16th century. This is because in the beginning, komik was meant to make drawings about funny things...” 


Kata Kunci:
Comic, Making, kreativitas,  lucu, gambar, teks, balon text

Melanjutkan artikel di edisi sebelumnya, dan dalam artikel bagian kedua ini, penulis akan membahas lebih ke teknis pembuatan dan istilah yang dipakai dalam standar umum secara internasional dalam dunia perkomikan.

    Saya mengingatkan lagi, untuk me-refresh ingatan kita di bahasan sebelumnya, comic dapat dibuat dengan menggunakan 3 cara, yaitu secara:

I.A. Tradisional:     Membuat comic dengan menggunakan alat-alat serta bahan yang relatif tradisional, seperti menggunakan kertas, Dip Nib (Dip Pen), pencil, tinta, pena, penghapus,  ballpoint, eraser pen, screentone, cat, dan lain-lain yang relevan.

I.B     Hybrid    : Membuat Comic dengan menggabungkan cara tradisional dan digital, seberapa banyak proporsinya? Sedikit atau banyak tidak jadi masalah, sebab penggabungan keduanya disebut dengan cara hybrid comic, alat tambahan yang dipakai biasanya adalah komputer & scanner.

I.C. Digital: Membuat comic dengan cara digital murni, langsung menggambar & Mengeditnya di PC Tablet ataupun dengan menggunakan tablet dan pen pointer tambahan untuk Komputer yang non-PC tablet.

    Kita membahas membuat comic secara tradisional dulu, setelah kita punya cerita, tema, characters, script, dan plot-nya, atau bahkan tidak punya, karena maunya langsung saja membuat komik, bolehkah?.

    Tentu saja boleh. Di dalam dunia seni, yang penting berkreasi, urutannya juga boleh dibolak-balik, yang penting hasil karyanya. Untuk lebih detilnya dapat dilihat di Artikel yang telah terbit sebelumnya, yaitu Comic Making Part I.

Alat & bahan Membuat Comic Secara Tradisional:

1. Kertas, menggambar komik memerlukan kertas dengan karakteristik yang kuat, tidak terlalu tebal, mudah menyerap tinta, cepat kering, tidak bertekstur kasar agar mudah memoleskan tinta, minimal berukuran A4 untuk membuat Comic tipe Portrait/ Melintang atau sesuai kebutuhan. Tipe yang cocok di zaman ini Biasanya kertas HVS, dengan ukuran minimal A4 (21 x 29,7 Cm).


2. Pensil biasa yang berguna untuk menulis text sebelum diberi tinta atau bagi beberapa Comic Artist, bahkan dibuat untuk membuat Sketch.




3. Pensil warna yang berguna untuk membuat sketch comic ataupun sketch untuk character design maupun sketch untuk ilustrasi & animasi, penulis menggunakan Colour Pencil untuk membuat Sketch.



4. Tinta bak atau tinta india, juga sering disebut dengan nama tinta cina, bila tidak ada, dapat digantikan dengan spidol besar yang waterproof atau permanent ink untuk mengisi area yang lebar. Spidol kecil untuk mengisi area yang sempit.




5. Penghapus Pencil atau Pencil Eraser untuk menghapus sketch yang telah ditinta.



6. Dip Pen (Pena Celup), pena tradisional yang dicelupkan dulu ke tinta bak berguna untuk memberi tinta pada outline (garis yang membentuk gambar) sketch yang telah dibuat. Dip pen bekerjasama dengan tinta bak, sebagai tintanya. Bila susah mendapatkan pena celup, dapat diganti dengan ballpoint atau bolpen. Ballpoint yang bagus untuk memberi outline adalah tipe gel atau ballpoint gel.





7. Correction pen, ada banyak merk untuk correction pen ini, dimana berguna untuk menghapus goresan yang telah ditinta, tetapi garis tersebut tidak diinginkan, hingga di edit dengan cara dihapus deng-an correction pen, atau dapat di beri tinta lagi yang dianggap lebih baik dari semula.


8. Screentone, sebenarnya screentone ini adalah pola-pola dalam berbagai jenis pola yang dibuat di komputer lalu di print dan menempel di plastic, yang dapat digosokkan ke kertas dan pola-pola tadi akan menempel di kertas.



Bagi sebagian Comic Artist ada yang suka menggunakan screentone ini, ada yang tidak suka, sebab mereka beranggapan, sebenarnya hasil comic-nya sudah tidak murni lagi goresan tangan, karena screentone adalah hasil olah komputer.

Itu kembali ke Pembaca mau memilih yang mana, tetapi untuk karya kita kali ini, penulis tidak akan memberi contoh penggunaan screentone. Karena akan dibahas di cara penggunaan secara hybrid atau juga digital.

9. Cat Air atau Cat Acrylic warna Putih, apa beda cat air dengan Cat Acrylic?. Cat air menggunakan air sebagai media pengencernya (solvent base-nya), setelah kering, cat air ini tetap dapat kita encerkan lagi catnya atau mengurangi cat yang telah dipoleskan di kertas. Jangan dibing-ungkan dengan Acrylic Plastic Polymer, itu hal yang berbeda.


Namun untuk cat acrylic, memang masih menggunakan Air sebagai peng-encernya (solvent base-nya). Tetapi saat cat sudah kering, cat ini menjadi waterproof, dan air tidak lagi dapat menjadi Solvent Base (pengencer) lagi. Cat acrylic dapat didapat di toko bangunan, sebab cat acrylic banyak digunakan sebagai cat untuk tembok.

Cat warna putih ini berguna untuk membuat cipratan, bintik-bintik atau bintang-bintang di area yang diberi warna block (penuh) hitam, seperti menggambarkan angkasa luar. Cat acrylic warna putih ini dapat juga menggantikan fungsi Eraser Pen.


10. Penggaris dari plastik yang ujungnya ada bevel miring, fungsi bevel miring ini  berguna agar tinta yang dipoleskan saat membuat garis menggunakan pena celup tidak membuat tinta yang masih basah tadi belepotan ke area lainnya. Tetapi bila ingin aman, gunakan saja ballpoint gel, maka dengan penggaris apapun, termasuk steel ruler (pengga-ris dari Baja), juga bakalan tetap bagus.





11. Spidol warna, berbagai warna, minimal 12 warna, digunakan untuk membuat Comic Cover yang telah dibuat dengan cara pewarnaan tradisional, akan penulis jelaskan di bahasan lain, saat membuat cover dan illustrasi.



12. Cutter, untuk memotong ujung spidol dipotong miring diujungnya, tetapi tidak harus semua spidol dibuat seperti ini, sesuaikan dengan kebutuhan. Cutter juga berguna untuk menajamkan Pensil dan memotong kertas agar sesuai dengan ukuran yang dibutuhkan.



13. Pencil Sharpener (rautan), berguna untuk meruncingkan pensil atau pensil warna sesuai kebutuhan.


14. Plastic Painting Colour Palette, tempat mencampur warna, untuk cat air, cat acrylic, maupun cat transparant dari spidol warna atau yang penting plastic apapun yang berguna sebagai pallete.



15. Tempat air, kecil saja, dapat juga menggunakan gelas dari plastic, letakkan jauh di area menggambar, sebab bila tersenggol, akan membuat rusak gambar, jadi letakkan di bawah meja gambar. Kalau Pembaca membuat comic-nya bukan di meja gambar, maka jauhkan saja wadah berisi air dari area saat pembaca menggambar.

Atau gunakan saja botol kecil yang ada penutup airnya, jadi walaupun diletakkan dipinggir tempat kerja, dan tersenggol nantinya, airnya tetap tidak tumpah.





16. Kuas (brush), kuas yang bagus, sabutnya berwarna coklat dan mengkilap, biasanya terbuat dari bulu kuda atau bulu musang, jangan menggunakan kuas berwarna hitam atau putih cenderung cream, kurang bagus hasil polesannya.





17. Tracing table (portable light box), berguna untuk membuat clean copy dari sketch yang telah dibuat, lalu di-tracing menggunakan pencil untuk hasil lebih baik, dan menjadi Sketch yang sudah matang, yang kemudian tinggal di tinta. Light box, juga sering digunakan untuk menggambar sequence gerak animasi.



18. Hair Dryer, berguna untuk mempercepat proses pengeringan gambar, ilustrasi ataupun comic, bila tidak punya, juga tidak apa-apa, letakkan saja hasil gambar yang telah ditinta di area yang mudah kering dan banyak sinar.



Tahapan membuat Comic

Baiklah, setelah alat dan bahan yang diperlukan sudah punya, kini kembali ke script, membuat comic perlu script. Masih ingat contoh script yang Penulis beri di bahasan sebelumnya? Ini contoh script tersebut:

Long Shot, Eye Level View
Area, kamar tidur, hari ini, pukul 05.30 WIB, Komodo terbangun dari tidurnya

Close Up Shot, 3/4 - Eye Level Side View
Komodo: “Mimpi yang Aneh?”

Cut to , Medium Shot - Low Angle
Komodo mengambil handuk

Longshot - High Angle
Komodo berjalan ke arah kamar mandi yang ada tepat di samping kamar tidurnya.

Kalau pembaca tidak punya script, gunakan saja script contoh diatas untuk berlatih. Atau langsung saja menggambar sesuai kenginan sendiri, yang penting belajar dulu, jangan berpikir langsung hasilnya bagus, lama-lama akan semakin bagus kalau sudah terbiasa.

Ikuti tahap-tahap berikut untuk membuat Comic Secara Tradisional:

1. Siapkan kertas sesuai dengan ukuran yang pembaca inginkan, ada ukuran comic gaya USA, ada ukuran comic gaya UK atau Europe, ada ukuran comic gaya Japan, ada ukuran gaya Hongkong, ada ukuran gaya custom (semau diri kita sendiri).
Biasanya comic hitam putih atau yang berwarna yang ada di negara kita berukuran:
11,4 X 17,2 CM
13,5 X 20 CM

    Lalu comic besar baik hitam Putih (Black & White/ BW) ataupun yang
    berwarna (colour) di negara kita berukuran:

17 X 25,5 CM
20 X 26,5 CM

    Itu semua adalah ukuran yang telah dicetak/ print offset, lalu berapa ukuran aslinya?. Ukuran aslinya, biasanya berkisar satu setengah sampai dua kali dari ukuran yang telah dicetak, bahkan mungkin 3 kali dari semula kalau comic hasil cetak, bila membuat comic dengan cara teknik melukis (Painted Comic) realis seperti Kingdom Come dari Alex Ross.

Jadi bila ukuran cetaknya 11,4 X 17,2 cm, ukuran gambar yang sebenarnya, misalnya 2 kali, menjadi  22,8 X 34,4 cm.

    Namun bila kertas yang pembaca punya, area dan ukuran kertasnya tidak seperti yang diharapkan. Maka pembaca dapat menggunakan skala ukuran dan menyesuaikan ukuran gambar comic yang akan dibuat dengan ukuran kertas yang dimiliki.

    Misalnya pembaca hanya memiliki ukuran kertas A4 atau 21 X 29,7 cm. Maka buat dulu ukuran hasil cetak yang sesungguhnya di pojok kiri bawah halaman, dan dalam hal ini ukuran hasil cetak comic tersebut adalah 11,4 X 17,2cm di-kertas A4 yang kita miliki tadi.

    Kemudian gambar garis diagonal yang membelah tepat di sudut kiri bawah dan sudut kanan atas, teruskan garisnya hingga menyentuh tepi kertas di sebelah kanan.

    Kemudian, dari tepi kertas tadi, tarik garis horizontal atau mendatar kea rah kiri sampai ketemu pinggiran kertas yang paling kiri.

    Maka pembaca telah membuat Skala ukuran gambar comic sebelum dicetak dengan mengoptimalkan ukuran kertas yang kita miliki, tapi hal ini tidak berlaku bila kertasnya lebih kecil dari ukuran cetak. Untuk lebih jelasnya, pembaca dapat melihat contoh gambar skala berikut (hanya sebagai contoh, tidak sesuai dengan ukuran sesungguhnya):







2. Siapkan Script-nya, atau bila tidak punya, tuangkan saja adegan apa yang ada difikiran pembaca saat ini, ambil kertas, bagi menjadi frame sekitar 1-5 frame untuk satu halaman.

    Untuk contoh diatas, script tersebut dibuat untuk 1 halaman, maka kita bagi satu halaman ukuran A4 menjadi 4 bagian frames.

    Frame Awal, untuk awal adegan dan cerita, biasanya paling besar di antara yang lain. Hingga frames yang lain dapat disesuaikan dengan kebutuhan, bentuk frame juga tidak harus kotak, dapat bentuk yang lain, mulai dari segitiga, bulatan, bintang, dan bentuk-bentuk custom (sesuai kebutuhan) lainnya.

    Hingga bentuk frames sudah dapat kita buat duluan atau sesuai dengan pembagian yang pembaca inginkan, kurang lebih seperti gambar berikut (yang tidak dalam ukuran kertas sebenarnya):






    Untuk membuat garisnya, dapat menggunakan pencil atau langsung ditinta menggunakan ballpoint gel. Seluruh Halaman dapat dianggap sebagai satu frame besar juga boleh.

 3. Langkah berikutnya adalah dengan menuliskan text-nya dulu, Ingat, teknik ini adalah teknik tradisional, jadi text-nya harus ditulis dulu, Hal ini akan berbeda bila kita menggunakan teknik hybrid dan digital, maka text dapat terakhir diberikan.

    Lihat di script, text apa yang harus dituliskan?. Tuliskan dulu menggunakan pencil, boleh pensil Biasanya atau pensil warna.

    Saat menulis text-nya, dapat membuat dulu garis-garis panduan untuk menulis text-nya. Nanti  setelah di Tinta, garis-garis dan text pensilnya dapat dihapus. Dan setelah text-nya ditulis, baru diberi kotak text atau balon text sebagai pengganti suara. Bagaimana kalau membuat Balon text atau Kotak text-nya dulu?. Jangan dilakukan, sebab kita belum tahu sampai sejauh mana text tadi memerlukan space/ area. Bila dilakukan, text yang dituliskan menjadi berantakan dan berkesan tidak terencana dengan baik.






4. Kini saatnya untuk membuat gambar-gambar sketch, sketch comic menggunakan pencil warna, warna yang cenderung muda, agar tidak terlihat bila di-scan dan harus  sesuai adegan yang diinginkan dalam script atau sesuai dengan yang pembaca inginkan saat itu. Hingga hasilnya kurang lebih seperti gambar berikut:



5. Bagi sebagian comic artist, sketch ini akan di copy lagi menjadi lebih membentuk gambar yang hamper jadi, disebut dengan nama Clean Copy.

Di sinilah fungsi tracing table atau portable light box yang sebenarnya. Tetapi ada juga yang langsung saja, dari sketch langsung dimatangkan, dan kemudian ditinta, mana yang terbaik?. Itu bergantung selera pembaca sendiri, yang paling penting adalah hasil akhirnya OK.

Dalam contoh ini, penulis memberikan sample clean copy, yang siap untuk diberi tinta, tetapi bila penulis membuat comic untuk diri sendiri dan bukan membuat tutorial. Maka penulis cenderung tidak membuat Clean Copy, sebab langsung Comic Sketch-nya dimatangkan dan langsung ditinta. Sebab lebih menghemat waktu, tetapi bagi yang baru belajar, penulis sarankan menggunakan clean copy, sebab akan lebih bersih dan terencana hasilnya.




6. Langkah selanjutnya, tinggal meninta saja, bisa menggunakan dip pen de-ngan tinta bak-nya, atau menggunakan ballpoint gel atau pen permanent ink lainnya, dimana ukurannya disesuaikan dengan kebutuhan.

Untuk mengisi blok area yang besar, gunakan kuas dengan tinta bak, tetapi bisa juga menggunakan spidol besar permanent Ink. Pada saat penintaan diusahakan semirip mungkin dengan clean copy-nya, tetapi bila mendadak saat menggores ternyata meleset dan lebih bagus, maka bisa juga digunakan. Yang paling hasilnya OK. Hingga comic yang dibuat oleh pembaca sudah selesai, lalu tinggal dihapus pelan-pelan untuk area yang ber-pencil dan kita untuk siap membuat halaman selanjutnya.




Meninta (Inking)

Kini kita akan membahas goresan comic dan arsiran tinta secara tradisional. Memberi tinta atau Inking yang sesuai dengan garis outline (garis pembentuk) gambar yang baik ada 2 cara:

Dengan cara Monotone Outline, dimana garis outline (pembentuk gambar) yang ditinta dalam satu ukuran saja (tracing), misalnya ukuran Ballpoint 0,3 mm saja. Kebanyakan teknik inking Outline jenis ini dipakai untuk Animasi.

Dengan cara Dynamic Outline atau tebal tipis. Dimana garis outline yang ada diberi tinta (tracing) dengan gaya kaligrafi, yaitu ada garis yang tipis dan tebal, atau bervariasi dalam ukurannya. Kebanyakan teknik penintaan jenis ini dipakai untuk comic, illustrasi dan lebih bernuansa Sense of Art yang lebih kuat.

Perhatikan contoh goresan-goresan berikut, ada contoh garis monotone dan dynamic. Garis sebelumnya monotone dan garis berikutnya dynamic, secara bergantian.




























Mengarsir (Render/ Hatching)

Proses mengarsir agar berkesan punya efek gelap terang (Lighting & Shading Effects) ini juga banyak teknik, kata arsir dalam bahasa Inggrisnya hatching atau render. Kalimat kerjanya hatching, rendering atau mengarsir. Tetapi render disini bukan render versi untuk dunia animasi, video atau cinema. Tetapi khusus dunia comic dan ilustrasi, hingga hanya terbatas pada Arsir.


Mengarsir ada banyak teknik, tetapi pada umumnya hanya dikelompokkan dalam 7 kategori besar yaitu

1. Hatching: Arsir garis cenderung lurus-lurus, cenderung sejajar, untuk ukuran ketebalan bisa bervariasi, bisa tebal atau tipis, atau monotone, arahnya juga sesuai dengan kebutuhan, bisa melintang, diagonal, vertical atau lainnya. Untuk contoh ini, penulis hanya memberikan satu contoh saja.




2. Cross Hatching: Arsir garis-garis miring cenderung saling menyilang dan bertabrakan. Grid yaitu saling bertabrakan membentuk kotak-kotak secara vertical atau horizontal.  juga masuk dalam kategori ini.



 

3. Wave Hatching: atau bergelombang mirip huruf “S” atau ombak. Banyak digunakan untuk mengarsir teknik ilustrasi uang atau ilustrasi bergaya kuno.  Untuk Wave hatching ini juga berkembang ada banyak ukuran dan variasi bentuk gelombangnya seperti Fishscale (sisik ikan). Wave Hatching juga bisa disebut Curve Hatching.






Bahkan ada Sharp Wave Hatching, yaitu gelombangnya tajam, mirip ujung sudut segitiga.



Indonesia juga punya gaya Wave sendiri, Wave Batik. Untuk variasi ukuran, bisa disesuaikan dengan kebutuhan.


4. Cross Wave Hatching: Atau arsir gelombang yang saling silang. Banyak juga digunakan untuk ilustrasi uang atau ilustrasi berkesan kuno. Juga Cross Sharpen Wave Hatching, untuk sudutnya juga bisa diatur sesuai kebutuhan, atau tetap biarkan bertemu secara vertical dan horizontal.





5. Swirl Hatching: arsir dengan cara ulir, atau bahasa kerennya, arsir benang kusut, ini sering dipakai juga, terutama untuk arsiran gambar model anak-anak, terutama menggunakan pewarna crayon.


6. Polka Dot: arsir gaya bintik-bintik atau dot. Ukuran bintik-bintik ini sesuai dengan kebutuhan, juga kerapatannya bisa disesuaikan. Sebenarnya tidak hanya bintik, bisa juga dot-nya diganti dengan kotak-kotak kecil, segitiga kecil, bintang-bintang kecil, dan berbagai bentuk lainnya yang cenderung sederhana.





7. Patern Fill: mengisi area dengan memberi pola atau patern sebagai arsirannya, hal ini biasanya terjadi bila sudah menggunakan teknik cetak, komputer dan sablon. Patern fill juga menjadi screentone untuk memberi arsiran gaya comic hitam putih atau grayscale. Untuk patern ini tidak terbatas jumlahnya, sesuaikan dengan kebutuhan dan suasana yang diinginkan untuk comic atau ilustrasinya.


    Sebenarnya untuk arsir versi patern fill ini memang gray area (tidak jelas), apakah masih layak disebut arsir, sebab arsir kebanyakan menggunakan goresan tangan, tetapi sejak maraknya screentone, patern fill juga masuk dalam kategori arsir pop art. Ini semua kembali ke pembaca, mau memakainya atau tidak. Tidak ada salah dan benar, yang penting hasilnya OK.











Perhatikan beberapa penerapan gaya penintaan dan arsir serta pengisian area (block) untuk contoh gambar lengan, tangan dan jemari yang menggenggam berikut ini.




Berikut ini juga contoh-contoh inking (penintaan) dan render (arsir) secara tradisional pada penerapan gambar character yang ada yang bisa diterapkan pada comic maupun ilustrasi.

1. Gaya dynamic outline inking, pemberian tinta namun tanpa arsir, menggunakan teknik penintaan yang dynamic.




2. Gaya Inking Block, bagus untuk pengaturan gelap dan terang yang solid.  Gaya Block, ini teknik Outline dynamic digabung dengan memaksimalkan permainan cahaya (lighting) dan bias bayang (shading) dalam bentuk block area tertentu dengan tinta.


3. Gaya Dynamic Outline Inking dipadu dengan hatching, cross hatching serta wave (curve) hatching sedikit.


4. Gaya Dynamic Outline dengan hatching, cross hatching, wave hatching, serta  penggabungan dengan penekanan pada lighting serta shading.



5. Gaya Dynamic Outline serta pemberian dan penggunaan screentone berdasarkan lighting dan shading.



Bisakah gambar berikut Pembaca tebak menggunakan teknik Penintaan dan Arsir apa?









Demikianlah Comic Making Part II sudah selesai. Kita akan melanjutkannya lagi untuk Comic making Part III di edisi berikutnya, yang akan membahas membuat Comic dengan cara hybrid technique, dan memberi text secara digital.

Namun jangan sampai pembaca salah persepsi, comic making hanya mengajarkan membuat comic saja, tidak mengajari pembaca untuk menggambar seperti menggambar dan mendesain karakter dan background-nya.

Sebab itu dalam bahasan yang lain, yaitu misalnya dalam bahasan belajar menggambar, atau menggambar membuat character design, human anatomy, menggambar & mendesain object & Props, serta menggambar background dan panorama seperti landscape, city scape, seascape, skyscape, astroscape dll, serta exterior dan interior design.


Sampai jumpa lagi.



Daftar Pustaka

1. Lee, Stan & Buscema, John, 1977, How to Draw Comics the Marvel Way
2. Fingeroth, Danny & Manley, Mike, 2004, How to Draw Comics from Script to Print
3. http://www.how-to-draw-now.com/how-to-draw-comic-books.html
4. http://comic-komik-cergam.blogspot.com/2009/11/comic-making-part-1.html


naskah, gambar dan video asli yang bukan dari link lain adalah copyright © 2002-now, michael.gumelar@gmail.com, dilarang meng-copy naskah, gambar, video & animasi maupun Comic untuk tehnik 2D animasi hybrid, naskah Comic & Gambar dalam bentuk apapun, yang ada di blog ini tanpa seijin penulis.